Resistensi - Eksistensi

 DISCLAIMER :

Tulisan ini bukan mau mengedukasi soal pentingnya menggunakan antibiotik dengan bijak supaya tidak terjadi resistensi antibiotik. Meskipun hal itu emang, tapi bukan itu yang mau dibahas.

Kita sebagai manusia, termasuk aku, suka sekali berpikir bahwa kita adalah pusat dunia. Bahwa dunia dan segala isinya memanglah diciptakan untuk kita. Well, statement kedua dibackup dengan bacaan di Alkitab jadi sepertinya cukup valid lah ya. Tapi rasanya, apa yang kita lakukan sekarang terhadap dunia ini, bukan cuma memanfaatkan apa yang ada di bumi, tapi juga mengeksploitasi.

Pemikiran ini muncul ketika tiba-tiba (ya seperti biasa lah) ada notif dari google tentang berita yang mungkin pengen kita baca. Dan berita yang ada di-pop up notification adalah
"The next pandemic could be from antibiotic-resistant bacteria"
Kurang serem apa coba. Seremnya lagi adalah, bakteri yang resisten terhadap antibiotik tuh EMANG UDAH ADA. Dan sayangnya, laju penemuan antibiotik yang bisa mengatasi resistensi tidak sebanding dengan laju perubahan bakteri menjadi resisten. So, sangat-sangat mungkin dan make sense kalo hal itu terjadi. Kita cuma bisa crossing our fingers, jangan sampe itu terjadi di generasi kita.

Lalu muncullah pemikiran pemikiran :
Kenapa ya bakteri bisa pinter banget bisa membuat mekanisme resistensi?
Atau lebih sederhananya,
kenapa ya bakteri bisa pinter banget buat bertahan hidup?

Dan jawabannya sederhana : kenapa nggak?

Manusia boleh tuh punya dunia yang terus berkembang. Manusia boleh tuh menciptakan segala macem untuk mempertahankan eksistensinya di bumi.
Kenapa bakteri nggak boleh beradaptasi untuk bertahan hidup, sedangkan imun tubuh kita boleh boleh aja beradaptasi untuk ngelawan penyakit?
Kenapa kita harus terus berpikir bahwa eksistensi KITA harus dijaga?
Apa untungnya kita ada di dunia ini?
Apa untungnya kehidupan manusia Homo sapiens untuk sebuah planet bernama Bumi ini?
Rasanya kalo di dunia ini nggak ada manusia, Bumi tetep bakal baik-baik aja. If not better.

Jadi, rasanya kita harus mulai membiasakan diri untuk menyadari bahwa kita bukan pusat dunia. Perlahan tapi pasti, kita juga berjalan menuju kepunahan. Yaa, mungkin seandainya masih bisa berusaha, manusia emang nggak boleh menyerah sama keadaan. Tapi kalo nanti keadaan sudah sangat amat tidak memungkinkan untuk umat manusia bisa bertahan, ikhlaskan saja.

Karena kita bukan inti dari semesta ini.
Kita cuma numpang ada.
Sama kayak dinosaurus.
Jadi kalo manusia punah, entah di tangan mikroba resisten atau meteor, relakan aja.
Suatu saat nanti, kita akan ada di buku sejarah.






Komentar