Buah dari Pohon Pengetahuan

 

Bagian 1

Beberapa hari lalu aku cerita tentang bagaimana hidupku berubah pada saat SMA. Kenapa? Yaaa karena sesuatu lah. Dan hal itu completely change who I think I was.

Dia bilang, mungkin aku kurang bersyukur.

Hm. Mungkin aja sih. Since tema besar dalam kecemasanku belakangan ini adalah kurang bersyukur. Tapi terus aku pikir-pikir lagi. Rasanya bukan deh. Aku berani bilang bukan karena aku pernah berada di satu masa yang bisa dibilang puncak rasa bersyukurku. 

Tapi apa yang terjadi? Apakah aku bisa kembali seperti dulu? Oh tentu saja tidak!

Kalo bukan masalah bersyukur, terus apa?

Nggak tau. Yang aku tau, aku sudah beda. Mungkin karena aku udah nggak senaif dulu. Terus aku berharap seandainya aku nggak kehilangan itu. Aku mungkin akan masih bisa sebahagia dulu.

But, really?


Bagian 2

Belakangan ini aku lagi keranjingan banget sama tulisannya Dee Lestari. Semua karena nonton wawancara Soleh Solihun sama Dee Lestari. Dilanjutkan dengan penemuan iPusnas yang menyediakan buku-buku gratis.

Sebenernya waktu jaman kuliah aku pernah baca Supernova Series tapi udah lupa sekitar 90%nya. Ending dari series ini aja aku ingetnya cuma samar-samar. Mungkin next time aku bakal cerita di bagian lain tentang bagaimana aku bisa discover ingatan aku yang sangat buruk terhadap hal-hal kaya gini. (clue : ada kaitannya dengan Grey's Anatomy)

Anyway,

Sejak baca Supernova (yaelah baru aja seminggu), aku jadi yakin bahwa dunia ini berhubungan. Kita semua ada di satu jaring laba-laba, di mana gerakan kita bisa aja mempengaruhi orang lain yang bahkan nggak kita kenal. Pokoknya, aku jadi lebih........ filosofis? Kayanya bukan filosofis deh. Tapi lebih ke berusaha memaknai bahwa semua hal itu, hal-hal yang terjadi di sekitar aku, bukan lah sebuah ke-random-an. Alam semesta mendorong kita untuk melakukan sesuatu yang kita nggak tau, tapi dia berhasil membuat kita berpikir bahwa semua ini random.

Gitu lah kurang lebih.


Bagian 3

Hari ini aku menyelesaikan membaca Akar, novel keduanya Supernova. Ada satu hal yang sebenernya nggak terlalu signifikan tapi berhasil mengusik aku. 

Di salah satu perjalanannya Bodhi (tokoh utama di novel Akar), dia sampai di sebuah tempat yang yaa bisa dianggap surga, bisa dianggap neraka. Ladang ganja dan opium. Mereka menyebut tempat itu Taman Eden.

Sebuah percakapan terjadi di situ. Kalau Hawa menyodorkan kamu buah dari pohon pengetahuan, apakah kamu akan memakannya?

I don't remember exactly akhir percakapan itu kaya gimana. But I do remember thinking, like I always think before, "ya nggak bakal kuterima lah kalo disodorin. Udah tau nggak dibolehin"

Akan tetapi, saudara-saudara.

Setelah kupikir-pikir.

I have eaten the fruit.


Bagian 4

Mungkin selama ini aku berpikir bahwa buah dari pohon pengetahuan itu akan sangat distinct. Kita PASTI akan tau bahwa buah itu adalah buah yang jahat. Maybe kita gabakal tau if it's evil or not evil, if it's black or it's white. It's gray. Bahkan buah itu tidak tampil seperti abu-abu. Warnanya mungkin pink!

Lalu akhirnya buah itu kumakan. Awalnya manis tapi semakin lama semakin membukakan mata.

Kalau Adam dan Hawa jadi punya kesadaran tentang baik dan buruk setelah makan buah itu, kesadaran yang aku terima lain lagi bentuknya.

Bentuknya adalah kesadaran, bahwa hidupku sebelum SMA ternyata kayak ikan di dalam kolam kecil. Padahal dunia ini adalah lautan.

Begitu aku sadar tentang hal itu, aku langsung tau bahwa aku tuh ada di luar putaran dunia.

Rasa-rasanya di situlah aku kehilangan sejumlah besar "aku".

Seperti Adam dan Hawa, aku mulai mencari-cari daun untuk menutupi "aurat"-ku. Dan aku nggak bisa hidup tanpa daun itu. Aku nggak lagi hidup dalam "ketelanjangan"ku karena aku udah tau mana yang "baik" dan mana yang "buruk".

Ternyata, sejarah berulang dalam bentuk yang lain.


Bagian 5

Aku berniat untuk membiarkan hidup perlahan-lahan mengambil sisa-sisa yang masih aku punya. Karena, mungkin sekarang aku masih punya. Bukan cuma mungkin sih.

Biar lah dia dihabiskan. Udah nggak ada untungnya lagi mempertahankan.


Bagian 6

Setelah aku mikir seperti di atas, aku berpindah ke pikiran yang kedua.

Wow. Ternyata dunia ini benar-benar terhubung.

Waktu aku lagi butuh penjelasan akan aku yang udah tidak senaif jaman SMP, datanglah tulisan Dee di novel Akar. Kemudian salah satu pertanyaanku terjawab.

Mungkin nggak sih aku bisa kembali menjadi aku di masa lalu?

Jawabannya nggak. Lihatlah, Adam dan Hawa rasanya nggak pernah diceritakan kembali ke Taman Eden. Dan lihat sudah berapa jauh kita sekarang dari peristiwa berjuta-juta tahun lalu itu.

Jadi aku hanya tinggal menjalani kehidupan ini sebagaimana mestinya.

Sucking up all the lemon life gave me.

Komentar